Sabtu, 13 Oktober 2012

Aldehid


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kimia organik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari senyawa senyawa karbon. Dalam kimia organik ini kita mempelajari banyak gugus fungsi. Tetapi pada makalah ini kita membahas tentang aldehid.
Aldehid adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Senyawa ini mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya dengan rumus umum.                    .

Selasa, 09 Oktober 2012

Perkembangan Hadits Pada Masa Sahabat dan Tabi'in


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Segala ucapan, perbuatan, ketetapan bahkan apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah SAW menjadi uswah bagi para sahabat dan umat islam yang kita kenal sebagai hadits. Pada masa Rasulullah masih hidup, hadits belum mendapat perhatian dan sepenuhnya seperti Al-Qur’an. Para sahabt khususnya yang mempunyai tugas istimewa menghafal Al-Qur’an, selalu mencurahkan tenaga dan waktunya untuk mengabadikan ayat-ayat al-Qur’an di atas alat-alat yang mungkin dipergunakannya. Tetapi tidak demikian dengan al-Hadits, walaupun para sahabat memerlukan petunjuk-petunjuk dan keterangan dari Nabi saw dalam menafsirkan dan melaksanakanketentuan-ketentuan dalam Al-Qur’an mereka belum membayangkan bahaya yang dapat mengancam generasi mendatang selama hadits belum diabadikan dalam tulisan.

Hadits Qudsi


BAB I
PENDAHULUAN
Hadis dan sunnah, baik secara setruktural maupun fungsional disepakati oleh mayoritas kaum muslimin dari berbagai madzhab islam, sebagai ajaran agama islam, karena dengan adanya hadits dan sunnah itulah ajaran islam menjadi jelas, rinci, dan spesifik. Sepanjang sejarahnya hadits-hadits yang tercantum dalam berbagai kitab hadits yang ada telah melalui proses ilmiah yang rumit, sehingga diperoleh kwalitas hadits yang diinginkanoleh para penghimpunnya. Pada makalah ini akan dibahas masalah tentang hadits Qudsi dan beberapa perbedaannya dengan hadits nabawi dan al-quran.
Makna dari hadis qudsi itu dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui salah satu cara penurunan wahyu, sedang lafadznya dari Rasulullah SAW, inilah pendapat yang kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah SWT adalah nisbah mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafadznya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dengan Al-Quran. Dan tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk ditantang, serta membacanya pun diangggap ibadah.

Minggu, 07 Oktober 2012

Hadits Dhaif dan Kehujjahannya


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Seperti telah diketahui sebelumnya, bahwa istilah lain dari hadits adalah khobar. Khobar dapat berarti berita, yang mempunyai sifat bisa benar dan juga bisa salah. Hadits dibagi menjadi tiga yaitu, hadits shohih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Hadits shohih menurut istilah adalah hadits yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit, tidak syadz dan tidak pula terdapat ’illat (cacat) yang merusak. Hadits hasan adalah hadis yang muttasil sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit, tetapi kedhabitannya di bawah  kedhabitan hadis shahih, dan hadis itu tidak syadz dan tidak pula terdapat ’illat (cacat). Hadis dhaif  yaitu hadis yang tidak memenuhi kriteria hadis hasan, hadis yang didalamnya tidak didapati syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan. Karena syarat diterimanya suatu hadis sangat banyak sekali, sedangkan lemahnya hadis terletak pada hilangnya salah satu syarat tersebut atau bahkan lebih, maka atas dasar ini hadis dhaif terbagi menjadi beberapa macam, seperti Syadz, Mudhtharib, Maqlub, Mu’allal, Munqathi’, Mu’dhal, dan lain sebagainya.

KLASIFIKASI HADIST DARI SEGI KUANTITAS SANADNYA


BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar belakang.
Hadits atau yang disebut dengan sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrirnya. Sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur'an, sejarah perjalanan Hadits tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetapi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus.
Hadis dapat disebut sumber hukum Islam ke-dua setelah Al-Qur’an karena, hadis diriwayatkan oleh para perawi dengan sangat hati-hati dan teliti, sebagaimana sabda Nabi s.a.w. :
من كذ ب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النا ر
“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka disediakan”

Pembagian Hadits dari Segi Kualitas


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Al-Hadits merupakan sumber hukum utama sesudah al-Qur’an.Keberadaan al-Hadits merupakan realitas nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam al-Quran. Hal ini karena tugas Rasul adalah sebagai pembawa risalah dan sekaligus menjelaskan apa yang terkandung dalam risalah yakni al-Quran. Sedangkan al-Hadits, hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran al-Quran itu sendiri.
Kendati demikian, keberadaan al-Hadits dalam proses kodifikasinya sangat berbeda dengan al-Quran yang sejak awal mendapat perhatian secara khusus baik dari Rasulullah saw maupun para sahabat berkaitan dengan penulisannya. Bahkan al-Qur'an telah secara resmi dikodifikasikan sejak masa khalifah Abu Bakar al-Shiddiq yang dilanjutkan dengan Utsman bin Affan yang merupakan waktu yang relatif dekat dengan masa Rasulullah.

Kodifikasi Hadits


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Al-Hadits merupakan sumber hukum utama sesudah al-Qur’an.Keberadaan al-Hadits merupakan realitas nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam al-Quran. Hal ini karena tugas Rasul adalah sebagai pembawa risalah dan sekaligus menjelaskan apa yang terkandung dalam risalah yakni al-Quran. Sedangkan al-Hadits, hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran al-Quran itu sendiri.
Kendati demikian, keberadaan al-Hadits dalam proses kodifikasinya sangat berbeda dengan al-Quran yang sejak awal mendapat perhatian secara khusus baik dari Rasulullah saw maupun para sahabat berkaitan dengan penulisannya. Bahkan al-Qur'an telah secara resmi dikodifikasikan sejak masa khalifah Abu Bakar al-Shiddiq yang dilanjutkan dengan Utsman bin Affan yang merupakan waktu yang relatif dekat dengan masa Rasulullah.