Sabtu, 13 Oktober 2012

Aldehid


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kimia organik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari senyawa senyawa karbon. Dalam kimia organik ini kita mempelajari banyak gugus fungsi. Tetapi pada makalah ini kita membahas tentang aldehid.
Aldehid adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Senyawa ini mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya dengan rumus umum.                    .

Aldehid sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya dalam industri, senyawa  aldehid banyak dipakai sebagai pelarut, bahan baku, dan pereaksi untuk membuat produk lain. Sebagai contoh, senyawa formaldehida yang lebih dikemal sebagai larutan formalin, banyak digunakan sebagai bahan pengawet spesimen biologi. Lebih dari 4 miliar Kg formaldehida diproduksi setiap tahun untuk membuat Bakelite, resin fenol-formaldehida, bahan perekat urea-formaldehida, bahan baku asam asetat, obat-obatan dan berbagai macam produk polimer. Karena peranannya yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka aldehid layak dipelajari.

1.2.Rumusan Masalah
a.       Bagaimana reaksi-reaksi pembentukan pada senyawaan aldehid?
b.      Apa saja reaksi-reaksi yang dialami oleh senyawaan aldehid?
c.       Bagaimana cara mengidentifikasi kandungan gugus fungsi aldehid dalam suatu senyawaan  tertentu?

1.3.Tujuan
a.         Mengetahui reaksi-reaksi pembentukan pada senyawaan aldehid.
b.        Mengetahui reaksi-reaksi yang dialami oleh senyawaan aldehid.
c.         Mengetahui cara mengidentifikasi kandungan gugus fungsi aldehid dalam suatu senyawaan  tertentu.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Aldehid
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida.
Tata nama
         Nama umum diambil dari atau diturunkan dari asam karboksilat, dengan mengganti akhiran –at menjadi –aldehid
         Aldehid rantai bercabang diberi nama sebagai turunan aldehid rantai lurus
         Untuk menunjukkan titik percabangan digunakan huruf Yunani α, β, ϒ, δ, dst
         Karbon α terletak dekat dengan –CHO



NAMA IUPAC
         Rantai terpanjang yang membawa gugus –CHO sebagai struktur induk diberi nama dengan akhiran –a lmenggantikan akhiran –a pada alkana.
         Substituen ditunjukkan dengan nomor
         Karbon karbonil ditetapkan sebagai C-1


Akhiran –dial diberikan juga pada jika terdapat dua gugus fungsi aldehid






Jika gugus formil (-CH=O) berikatan pada cincin alifatik ataupun aromatik , berakhiran -karbaldehida





Aldehida adalah suatu senyawa organik yang mengandung sebuah gugus karbonil terminal. Ini kelompok fungsional , yang disebut kelompok aldehida, terdiri dari karbon atom terikat ke hidrogen atom dengan satu ikatan kovalen dan oksigen atom dengan ikatan ganda. Dengan demikian, rumus kimia untuk grup fungsional aldehida –CH = O , dan rumus umum untuk aldehida adalah R – CH = O. Grup yang kadang-kadang disebut aldehida atau kelompok methanoyl formil. Kelompok lain dari senyawa organik yang mengandung gugus karbonil meliputi keton dan asam karboksilat . Kata aldehida tampaknya telah muncul dari cohol al dehyd rogenated. Di masa lalu, aldehid kadang-kadang dinamai sesuai alkohol , misalnya aldehida mabuk untuk asetaldehida . (Mabuk adalah dari vinum Latin = anggur, sumber tradisional etanol ; bandingkan vinyl.)
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik.
Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil). Aldehida adalah senyawa organic yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hydrogen.
Aldehida dan keton sangat reaktif, tetapi biasanya aldehida lebih reaktif dibanding keton. Reaksi yang menyebabkan penjenuhan pada ikatan rangkap disebut reaksi adisi (reaksi penjenuhan). Pada reaksi adisi, satu ikatan rangkap menjadi terbuka. Sementara itu pereaksi yang mengadisi terputus menjadi dua gugus yang kemudian terikat pada ikatan rangkap yang terbuka tersebut. Apabila pereaksi yang mengadisi bersifat polar gugus yang lebih positif terikat pada oksigen, sedangkan gugus yang lebih negatif terikat pada karbon.
Titik pusat reaktivitas dalam aldehida dan keton ialah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti alkena, aldehid dan keton mengalami adisi reagensia kepada ikatan pi-nya.
Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh ,olekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suaru keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R.
Faktor sterik juga memainkan peranan dalam kereaktifan relatif aldehida dan keton. Banyaknya gugus di sekitar karbonil menyebabkan halangan sterik yang lebih besar, suatu reaksi adisi dari gugus karbonil juga meningkatkan halangan sterik di sekitar karbon karbonil.

2.2 Uji Reaksi Kimia terhadap Aldehid
2.2.1 Uji Fehling
Dalam menguji adanya gugus aldehid (senyawa aldehid) dengan pereaksi fehling. Perlakuan uji aldehid dengan larutan fehling maka akan memberikan perubahan dalam pereaksian positifnya yaitu dapat dilihat dalam reaksi berikut :

RCHO + 2Ag(NH3)2OH è RCOONH4 + 2Ag   + 3NH3 + 2H2O
reagen fehling :
Campuran dari larutan CuSO4 dan larutan alkali dari garam tartrat, campuran ini berwarna biru yang mengandung kompleks ion Cu2+ dalam suasana alkali. bila ditambahkan aldehida dan dipanaskan maka ion Cu2+ akan direduksi menjadi bervalensi satu dan mengedap sebagai Cu2O yang berwarna merah.

                        RCHO + Cu2+ + NaOH + H2O è RCOONa + Cu2O + 4H+

Lar. Aldehid + fehling A dan fehling B dipanaskan
·      Formaldehid : Ungu keruh kebiruan Biru tua, endapan merah bata
·      Glukosa Ungu : bening kebiruan Merah bata, endapan merah bata
2.2.2   Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin
Uji ini akan memperlihatkan adanya ikatan rangkap O dan C. Uji positif akan ditandai dengan larutan yang berwarna kuning, jingga atau merah dan terdapat endapan. Jika padatan yang terbentuk berukuran kecil maka larutan akan berwarna kuning, sedangkan jika padatan berukuran besar maka larutan akan berwarna mendekati merah. Baik pada aldehid maupun keton, uji ini akan menunjukkan hasil positif.
2,4-dinitrofenilhidrazin sering disingkat menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH. Larutan 2,4- dinitrofenilhidrazin dalam sebuah campuran metanol dan asam sulfat dikenal sebagai pereaksi Brady.

2.2.2.1 Pengertian 2,4-dinitrofenilhidrazin
Walaupun namanya kedengaran rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks, namun sebenarnya sangat mudah untuk dibuat. Pertama-tama gambarkan rumus molekul dari hidrazin, yaitu sebagai berikut:

H2N – NH2 (hidrazin)

Fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.



                                                                    
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus fenil di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai atom karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.





2.2.2.2 Melangsungkan reaksi
Rincian reaksi antara aldehid dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin sedikit bervariasi tergantung pada sifat-sifat aldehid yang terlibat, dan pelarut yang didalamnya dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Pada prosedur berikut, anggap kita menggunakan 2,4- dinitrofenilhidrazin dalam bentuk pereaksi Brady (sebuah larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam metanol dan asam sulfat):
Masukkan beberapa tetes aldehid, atau bisa juga larutan aldehid dalam metanol, ke dalam pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning atau oranye terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid. Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid. reaksi keseluruhan dapat ditulis berikut :




R dan R' bisa berupa kombinasi dari gugus-gugus hidrogen atau hidrokarbon (seperti gugus alkil). Jika sekurang-kurangnya satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, maka senyawa asalnya adalah aldehid. Produk reaksi dikenal sebagai "2,4-dinitrofenilhidrazon". Perlu diperhatikan bahwa yang berubah hanya akhiran saja, dari akhiran "-in" menjadi "-on". Ini kemungkinan membingungkan.
Produk dari reaksi dengan etanal disebut sebagai etanal 2,4-dinitrofenilhidrazon; produk dari reaksi dengan propanon disebut propanon 2,4-dinitrofenilhidrazon - dan seterusnya.Ini tidak terlalu sulit.
Reaksi ini dikenal sebagai reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi merupakan reaksi dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan hilangnya sebuah molekul kecil dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul kecil tersebut adalah air. Dari segi mekanisme, reaksi ini adalah reaksi adisi-eliminasi nukleofilik. 2,4-dinitrofenilhidrazin pertama-pertama memasuki ikatan rangkap C=O (tahap adisi) menghasilkan sebuah senyawa intermediet yang selanjutnya kehilangan sebuah molekulair (tahap eliminasi).

2.2.3   Uji Iodoform
Uji ini merupakan uji spesifik untuk menentukan keberadaan asetaldehid dan metil keton. Metil keton akan teoksidasi oleh iodida dalam larutan larutan hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk endapan berwarna kuning yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid juga akan menunjukkan hasil positif, karena memiliki kemiripan dalam struktur dengan metil keton.

2.2.3.1 Persamaan-persamana untuk reaksi triiodometana (iodoform)
Untuk pembahasan ini, kita berasumsi bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida.
Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya reaksi - ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi.




 




Tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.



 


Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan lengkap diperoleh sebagai berikut:



 

2.2.3.2 Reaksi Triiodometana (Iodoform) dengan Aldehid
Hal ini menjelaskan tentang bagaimana reaksi triiodometana (iodoform) bisa digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan sebuah gugus CH3CO dalam aldehid.

2.2.3.2.1 Melangsungkan reaksi triiodometana (iodoform)
Ada dua campuran reagen yang cukup berbeda yang bisa digunakan untuk melakukan reaksi ini. Walaupun sebenarnya kedua reagen ini sebanding secara kimiawi.

2.2.3.3 Penggunaan larutan iodin hidroksida dan natrium hidroksida
Ini merupakan metode yang lebih jelas secara kimiawi. Larutan iodin dimasukkan ke dalam sedikit aldehid, diikuti dengan larutan natrium hidroksida secukupnya untuk menghilangkan warna iodin. Jika tidak ada yang terjadi pada suhu biasa, mungkin diperlukan pemanasan campuran dengan sangat perlahan.
Hasil positif ditunjukkan oleh adanya endapan kuning pucat-pasi dari triiodometana (yang dulunya disebut iodoform) - CHI3. Selain dapat dikenali dari warnanya, triiodometana juga dapat dikenali dari aromanya yang mirip aroma "obat". Senyawa ini digunakan sebagai sebuah antiseptik pada berbagai plaster tempel, misalnya untuk luka-luka kecil.



2.2.3.4 Penggunaan larutan kalium iodida dan natrium klorat (I)
Natrium klorat(I) juga dikenal sebagai natrium hipoklorit. Kalium iodida ditambahkan ke dalam sedikit aldehid, diikuti dengan larutan natrium klorat(I). Jika tidak ada endapan yang terbentuk pada suhubiasa, maka campuran dipanaskan dengan sangat perlahan. Hasil positif ditunjukkan oleh endapan kuning pucat yang sama seperti sebelumnya.

2.3 Pembuatan Aldehid
Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi.
Beberapa oksidasi dari alkohol antara lain :
a. Oksidasi menjadi aldehid. Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu, reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan bukan intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang diinginkan.
b. Oksidasi menjadi keton. Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang reaktif kuat menjadi keton.
c. Oksidasi menjadi asam karboksilat. Suatu oksidator kuat yang umum dapat mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat.
Metode yang paling baik dan telah lama digunakan untuk mensintesis senyawa aldehid adalah oksidasi alkohol primer dan oksidasi pemutusan alkena. Berikut dapat dijelaskan  reaksi pemuatan aldehid.
1.      Oksidasi alkohol primer. Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid. Reaksi ini biasanya menggunakan piridin klorokromat  (PPC) dalam pelarut diklorometana pada suhu kamar.
PCC
CH2Cl2
 
Citronellal (82%)
 
citronellol
 
                                                                  

2.      Ozonolisis alkena. Alkena yang mempunyai paling tidak satu hidrogen vinilik akan mengalami pemecahan reaksi oksidasi dengan ozon menghasilkan aldehid. Jika reaksi ozonolisis dilakukan pada alkena siklik, maka akan didapat senyawa karbonil.
                

3.      Oksidasi metil benzena. Contoh oksidasi metil benzena dapat dijelaskan reaksi berikut.
Cl2,kalor                                                    CaCO3
Cahaya                                                       H2O
 
                                                         
4.      Reduksi asil klorida. Jika asam karboksilat direaksikan dengan SOCl2 (tionil klorida), dan asil klorida yang dihasilkan direaksikan dengan litium tri-t-butoksialuminium hidrida pada suhu   -78 OC , akan terbentuk senyawa aldehida. Reaksinya dapat dilihat dalam gambar berikut:
1.    LiAlH(OBut-)3 -78ᵒC
2.    H2O
 
                                                      








2.4 Reaksi-reaksi yang terjadi
2.4.1 Adisi hidrogen sianida pada aldehid
Hidrogen sianida akan masuk ke ikatan rangkap C=O pada aldehid menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai hidroksinitril. Senyawa-senyawa ini biasa juga disebut sebagai sianohidrin.
      


Sebagai contoh, jika hidrogen sianida diadisi ke etanal (sebuah aldehid) maka diperoleh 2-hidroksipropananitril:


Reaksi ini tidak biasanya dilakukan dengan menggunakan hidrogen sianida saja, karena hidrogen sianida merupakan sebuah gas yang sangat beracun.Olehnya itu, aldehid dicampur dengan sebuah larutan natrium atau kalium sianida dalam air yang telah ditambahkan sedikit asam sulfat. pH larutan disesuaikan menjadi sekitar 4 sampai 5 karena pada pH ini reaksi berlangsung paling cepat. Reaksi terjadi pada suhu kamar. Larutan ini akan mengandung hidrogen sianida (hasil dari reaksi antara natrium atau kalium sianida dengan asam sulfat), tetapi juga masih mengandung beberapa ion sianida bebas. Ini penting untuk mekanisme reaksi.

2.4.1 Kegunaan reaksi
            Molekul-molekul produk yang terbentuk mengandung dua gugus fungsional, yaitu:
1.      Gugus –OH yang berperilaku sebagai sebuah alkohol sederhana dan bisa digantikan dengan spesies lain seperti klorin, yang selanjutnya bisa diganti lagi menghasilkan, misalnya gugus –NH2.
2.      Gugus –CN yang mudah diubah menjadi sebuah gugus nasam karboksilat    –COOH. Sebagai contoh, hidroksinitril yang dibuat dari sebuah aldehid bisa digunakan untuk menghasilkan molekul yang relatif rumit dengan mudah, misalnya molekul asam 2-amino.


Asam amino yang digunakan untuk menyusun protein



2.4.2 Adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid
Natrium hidrogensulfit biasa juga dikenal sebagai natrium bisulfit, bahkan pada beberapa buku-teks organik masih digunakan nama natrium bisulfit. Reaksi ini hanya berlangsug dengan baik untuk aldehid. Aldehid dikocok dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit dalam air. Jika produk telah terbentuk, produk tersebut akan terpisah sebagai kristal putih.
Untuk etanol, persamaan reaksinya adalah:




dan untuk propanon, persamaan reaksinya adalah:




Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara sistematis, dan biasanyadikenal sebagai senyawa adisi "hidrogensulfit (atau bisulfit)".           

2.4.3 Kegunaan reaksi
Reaksi adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid biasanya digunakan dalam pemurnian aldehid. Senyawa adisi yang dihasilkan bisa diurai dengan mudah untuk menghasilkan kembali aldehid dengan memperlakukannya dengan asam encer atau basa encer.
Misalnya, jika kita ingin memurnikan aldehid yang tidak murni, kita bisa mengocoknya dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit untuk menghasilkan kristal. Kristal-kristal ini bisa disaring dengan mudah dan dicuci untuk menghilangkan setiap zat pengotor. Adisi asam encer, misalnya, selanjutnya dapat menghasilkan kembali aldehid awal.
Tentunya aldehid ini masih perlu dipisahkan dari asam yang berlebih dan berbagai macam produk anorganik dari reaksi.

2.4.4 Reaksi Aldehid dengan Pereaksi Grignard
2.4.4.1 Pengertian pereaksi Grignard
Pereaksi Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana X adalah sebuah halogen, dan R adalah sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan pada sebuah cincin benzen). Pada pembahasan ini, kita menganggap R sebagai sebuah gugus alkil. Pereaksi Grignard sederhana bisa berupa CH3CH2MgBr.

2.4.4.2 Pembuatan pereaksi Grignard
Pereaksi Grignard dibuat dengan menambahkan halogenalkana ke dalam sedikit magnesium pada sebuah labu kimia yang mengandung etoksietana (umumnya disebut dietil eter atau hanya "eter"). Labu kimia dihubungkan dengan sebuah kondensor refluks, dan campuran dipanaskan di atas penangas air selama 20 hingga 30 menit.


 



Segala sesuatunya akan mengering sempurna karena pereaksi Grignard bereaksi dengan air.
Setiap reaksi yang menggunakan pereaksi Grignard dilakukan dengan campuran yang dihasilkan dari reaksi di atas.Digunakan campuran sebab pereaksi Grignard tidak bisa dipisahkan.

2.4.4.3 Reaksi-reaksi pereaksi Grignard dengan aldehid
Reaksi-reaksi yang terjadi antara pereaksi Grignard dengan aldehid tidak lain adalah reaksi ikatan rangkap C=O, sehingga aldehid bereaksi dengan mekanisme yang persis sama yang membedakan hanya gugus-gugus yang terikat pada ikatan rangkap C=O.
Apa yang terjadi pada reaksi ini jauh lebih mudah dipahami dengan mencermati persamaan umumnya (menggunakan gugus "R" bukan gugus tertentu) - setelah anda memahami dengan gugus R barulah bisa diganti dengan gugus yang sesungguhnya jika diperlukan. Gugus "R" bisa berupa hidrogen atau alkil dalam kombinasi apapun.
Pada tahap pertama, pereaksi Grignard diadisi ke ikatan rangkap C=O:




 





Asam encer selanjutnya ditambahkan untuk menghidrolisisnya.



 




Alkohol terbentuk. Salah satu kegunaan penting dari pereaksi Grignard adalah kemampuannya untuk membuat alkohol-alkohol kompleks dengan mudah.
Jenis alkohol yang dihasilkan tergantung pada senyawa karbonil yang digunakan -dengan kata lain, gugus R dan R' yang dimiliki.
Pada metanal, kedua gugus R adalah hidrogen. Metanal merupakan aldehid paling sederhana yang bisa terbentuk.


 





Dengan mengasumsikan bahwa anda memulai dengan CH3CH2MgBr dan menggunakan persamaan reaksi umum di atas, maka alkohol yang diperoleh akan selalu dalam bentuk berikut:










Karena kedua gugus R adalah atom hidrogen, maka produk akhirnya akan menjadi:


Sebuah alkohol primer terbentuk. Sebuah alkohol primer hanya memiliki satu gugus alkil terikat pada atom karbon yang mengikat gugus -OH. Jika kita menggunakan pereaksi Grignard yang berbeda, maka akan terbentuk alkohol primer yang berbeda pula.

2.4.4.4 Reaksi antara pereaksi Grignard dengan aldehid-aldehid lain
Aldehid setelah metanal adalah etanal. Salah satu dari gugus R nya adalah hidrogen dan yang lainnya adalah CH3.



Untuk memudahkan, anggap kembali gugus-gugus ini sebagai gugus R dan R' pada persamaan umum. Alkohol yang terbentuk adalah:




Jadi kali ini produk akhir memiliki satu gugus CH3 dan satu gugus hidrogen terikat padanya:

Sebuah alkohol sekunder memliki dua gugus alkil (bisa sama atau berbeda) terikat pada atom karbon yang mengikat gugus -OH.
Kita bisa merubah sifat dari alkohol sekunder ini dengan salah satu cara berikut:
1.      Mengubah sifat-sifat pereaksi Grignard - yang mana akan mengubah gugus
CH3CH2 menjadi beberapa gugus alkil yang lain;
2.      Mengubah sifat-sifat aldehid - yang mana akan mengubah gugus CH3 menjadi beberapa gugus alkil lainnya.

2.4.5 Reduksi menjadi alkohol
Reduktor:        a). H2 Kat: Ni, Pt, Pd (hidrogenasi katalitik)
                        b). LiAlH­4 dan H+



2.4.6 Addisi sianida pembentukan sinohidrin
Senyawa ini berguna untuk pembuatan asam alfa hidroksi.
2.4.7 Addisi NaHSO3
Aldehid dapat mengaddisi NaHSO3 menghasilkan senyawa yang berbentuk Kristal.
Senyawa senyawa ini akan terurai kembali bila ditambahkan asam atau basa dan akan berubah menjadi sianohidrin bila ditambahkan dengan NaCN.

2.4.8 Addisi derivate-derivat amino
Dipergunakan untuk identifikasi karena bentuk dan warna yang dimilikinya spesifik.


2.4.9        Addisi alkohol
2.4.10     
Pembentukan asetal.
Oleh adanya asam yang anhydrous maka aldehid dapat mengadisi alcohol dan terbantuk asetal/ ketal.
2.4.10 Aldol kondensasi
Bila aldehid yang mempunyai atom H alfa ditambah basa kuat maka 2 mol akan bergabung dan membentuk aldol.
Aldol ini sangat mudah mengalami dehidrasi menghasilkan aldehida tidak jenuh.

Formaldehid meskipun tidak mempunyai atom H alfa dapt mengadakan kondensasi dengan aldehida yang lain.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas maka dapat disimplakan bahwa:
1.      Pembentukan pada senyawaan aldehid bisa didapatkan dari Oksidasi alcohol primer, Ozonolisis alkena dan Oksidasi metil benzena.
2.      Reaksi yang terjadi pada aldehid diantaranya Reaksi-reaksi pereaksi Grignard, Reduksi menjadi alcohol, Addisi sianida pembentukan sinohidrin, Addisi NaHSO3, Addisi derivate-derivat amino, Addisi alcohol, Reduksi asil klorida, Kondensasi Aldol dll.
3.       Sedangkan untuk mengidentifikasi kandungan gugus fungsi aldehid dalam suatu senyawaan  tertentu,  dapat digunakan beberapa metode diantaranya, Uji Fehling, Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin, Uji Iodoform, Reaksi Triiodometana (Iodoform) serta Penggunaan larutan kalium iodida dan natrium klorat (I).


DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Respati. Ir,. 1986. Pengantar Kimia Organik, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Aksara Baru


Tidak ada komentar:

Posting Komentar