BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kimia organik merupakan salah satu cabang ilmu
kimia yang khusus mempelajari senyawa senyawa karbon. Dalam kimia organik ini
kita mempelajari banyak gugus fungsi. Tetapi pada makalah ini kita membahas
tentang aldehid.
Aldehid adalah suatu senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil. Senyawa ini mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen
yang terikat pada gugus karbonilnya dengan rumus umum. .
Aldehid sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, diantaranya dalam industri, senyawa
aldehid banyak dipakai sebagai pelarut, bahan baku, dan pereaksi untuk membuat produk lain.
Sebagai contoh, senyawa formaldehida yang lebih dikemal sebagai larutan
formalin, banyak digunakan sebagai bahan pengawet spesimen biologi. Lebih dari
4 miliar Kg formaldehida diproduksi setiap tahun untuk membuat Bakelite, resin
fenol-formaldehida, bahan perekat urea-formaldehida, bahan baku asam asetat,
obat-obatan dan berbagai macam produk polimer. Karena peranannya yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka
aldehid layak dipelajari.
1.2.Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
reaksi-reaksi pembentukan pada senyawaan aldehid?
b. Apa saja
reaksi-reaksi yang dialami oleh senyawaan aldehid?
c. Bagaimana
cara mengidentifikasi kandungan gugus fungsi aldehid dalam suatu senyawaan tertentu?
1.3.Tujuan
a.
Mengetahui
reaksi-reaksi pembentukan pada senyawaan aldehid.
b.
Mengetahui
reaksi-reaksi yang dialami oleh senyawaan aldehid.
c.
Mengetahui
cara mengidentifikasi kandungan gugus fungsi aldehid dalam suatu
senyawaan tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Aldehid
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida
diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya
didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida.
Tata nama
•
Nama umum diambil dari atau diturunkan dari
asam karboksilat, dengan mengganti akhiran –at menjadi –aldehid
•
Aldehid rantai bercabang diberi nama sebagai
turunan aldehid rantai lurus
•
Untuk menunjukkan titik percabangan digunakan
huruf Yunani α, β, ϒ, δ, dst
•
Karbon α terletak dekat dengan –CHO

•
Rantai terpanjang yang membawa gugus –CHO
sebagai struktur induk diberi nama dengan akhiran –a lmenggantikan
akhiran –a pada alkana.
•
Substituen ditunjukkan dengan nomor
•
Karbon karbonil ditetapkan sebagai C-1


Jika
gugus formil (-CH=O) berikatan pada cincin alifatik ataupun aromatik ,
berakhiran -karbaldehida

Aldehida adalah suatu senyawa organik yang mengandung sebuah gugus
karbonil terminal. Ini kelompok
fungsional , yang
disebut kelompok aldehida, terdiri dari karbon atom terikat ke hidrogen atom dengan satu ikatan
kovalen dan
oksigen atom dengan ikatan ganda. Dengan demikian, rumus
kimia untuk
grup fungsional aldehida –CH = O , dan rumus umum untuk aldehida adalah R – CH
= O. Grup yang kadang-kadang disebut aldehida atau kelompok methanoyl formil.
Kelompok lain dari senyawa organik yang mengandung gugus karbonil meliputi keton dan asam
karboksilat .
Kata aldehida tampaknya telah muncul dari cohol al dehyd
rogenated. Di masa lalu, aldehid kadang-kadang dinamai sesuai alkohol , misalnya aldehida mabuk untuk asetaldehida . (Mabuk adalah dari vinum Latin
= anggur, sumber tradisional etanol ; bandingkan vinyl.)
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C
sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari
glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida
aromatik.
Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon
yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil).
Aldehida adalah senyawa organic yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat
pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hydrogen.
Aldehida dan keton sangat reaktif, tetapi
biasanya aldehida lebih reaktif dibanding keton. Reaksi yang menyebabkan
penjenuhan pada ikatan rangkap disebut reaksi adisi (reaksi penjenuhan). Pada
reaksi adisi, satu ikatan rangkap menjadi terbuka. Sementara itu pereaksi yang
mengadisi terputus menjadi dua gugus yang kemudian terikat pada ikatan rangkap
yang terbuka tersebut. Apabila pereaksi yang mengadisi bersifat polar gugus
yang lebih positif terikat pada oksigen, sedangkan gugus yang lebih negatif
terikat pada karbon.
Titik pusat reaktivitas dalam aldehida dan
keton ialah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti alkena, aldehid dan keton
mengalami adisi reagensia kepada ikatan pi-nya.
Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam
reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada
karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan
positif parsial ini tersebar ke seluruh ,olekul, maka senyawaan karbonil itu
kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di
dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suaru keton dengan gugus R lebih
stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R.
Faktor sterik juga memainkan peranan dalam
kereaktifan relatif aldehida dan keton. Banyaknya gugus di sekitar karbonil
menyebabkan halangan sterik yang lebih besar, suatu reaksi adisi dari gugus karbonil
juga meningkatkan halangan sterik di sekitar karbon karbonil.
2.2.1 Uji Fehling
Dalam menguji adanya gugus aldehid (senyawa aldehid) dengan
pereaksi fehling. Perlakuan uji aldehid dengan larutan fehling maka akan
memberikan perubahan dalam pereaksian positifnya yaitu dapat dilihat dalam
reaksi berikut :
RCHO + 2Ag(NH3)2OH è
RCOONH4 + 2Ag + 3NH3
+ 2H2O
reagen
fehling :
Campuran dari larutan CuSO4 dan larutan alkali dari
garam tartrat, campuran ini berwarna biru yang mengandung kompleks ion Cu2+
dalam suasana alkali. bila ditambahkan aldehida dan dipanaskan maka ion Cu2+
akan direduksi menjadi bervalensi satu dan mengedap sebagai Cu2O
yang berwarna merah.
RCHO + Cu2+ +
NaOH + H2O è RCOONa + Cu2O + 4H+
Lar. Aldehid + fehling A dan fehling B dipanaskan
· Formaldehid
: Ungu keruh kebiruan Biru tua, endapan merah bata
· Glukosa
Ungu : bening kebiruan Merah bata, endapan merah bata
2.2.2 Uji
2,4-dinitrofenilhidrazin
Uji
ini akan memperlihatkan adanya ikatan rangkap O dan C. Uji positif akan
ditandai dengan larutan yang berwarna kuning, jingga atau merah dan terdapat
endapan. Jika padatan yang terbentuk berukuran kecil maka larutan akan berwarna
kuning, sedangkan jika padatan berukuran besar maka larutan akan berwarna
mendekati merah. Baik pada aldehid maupun keton, uji ini akan menunjukkan hasil
positif.
2,4-dinitrofenilhidrazin
sering disingkat menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH. Larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin dalam sebuah campuran metanol dan asam sulfat dikenal
sebagai pereaksi Brady.
2.2.2.1 Pengertian 2,4-dinitrofenilhidrazin
Walaupun
namanya kedengaran rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks, namun
sebenarnya sangat mudah untuk dibuat. Pertama-tama gambarkan rumus molekul dari
hidrazin, yaitu sebagai berikut:
H2N – NH2 (hidrazin)
Fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam
hidrazin digantikan oleh sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah
cincin benzen.
![]() |
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus
nitro, NO2, yang terikat pada gugus fenil di posisi karbon 2 dan 4.
Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai atom karbon nomor 1, dan
perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.
![]() |
2.2.2.2 Melangsungkan reaksi
Rincian
reaksi antara aldehid dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin sedikit bervariasi
tergantung pada sifat-sifat aldehid yang terlibat, dan pelarut yang didalamnya
dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Pada prosedur berikut, anggap kita
menggunakan 2,4- dinitrofenilhidrazin dalam bentuk pereaksi Brady (sebuah
larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam metanol dan asam sulfat):
Masukkan
beberapa tetes aldehid, atau bisa juga larutan aldehid dalam metanol, ke dalam
pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning atau oranye terang mengindikasikan
adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid. Reaksi uji ini adalah yang
paling sederhana untuk sebuah aldehid. reaksi keseluruhan dapat ditulis berikut
:
![]() |
R dan R'
bisa berupa kombinasi dari gugus-gugus hidrogen atau hidrokarbon (seperti gugus
alkil). Jika sekurang-kurangnya satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen,
maka senyawa asalnya adalah aldehid. Produk reaksi dikenal sebagai
"2,4-dinitrofenilhidrazon". Perlu diperhatikan bahwa yang berubah
hanya akhiran saja, dari akhiran "-in" menjadi "-on". Ini
kemungkinan membingungkan.
Produk
dari reaksi dengan etanal disebut sebagai etanal 2,4-dinitrofenilhidrazon; produk
dari reaksi dengan propanon disebut propanon 2,4-dinitrofenilhidrazon - dan
seterusnya.Ini tidak terlalu sulit.
Reaksi
ini dikenal sebagai reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi
merupakan reaksi dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan hilangnya
sebuah molekul kecil dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul kecil
tersebut adalah air. Dari segi mekanisme, reaksi ini adalah reaksi adisi-eliminasi
nukleofilik. 2,4-dinitrofenilhidrazin pertama-pertama memasuki ikatan
rangkap C=O (tahap adisi) menghasilkan sebuah senyawa intermediet yang
selanjutnya kehilangan sebuah molekulair (tahap eliminasi).
2.2.3 Uji Iodoform
Uji
ini merupakan uji spesifik untuk menentukan keberadaan asetaldehid dan metil
keton. Metil keton akan teoksidasi oleh iodida dalam larutan larutan
hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan
terbentuk endapan berwarna kuning yang menjadi indikasi uji yang positif.
Asetaldehid juga akan menunjukkan hasil positif, karena memiliki kemiripan
dalam struktur dengan metil keton.
2.2.3.1 Persamaan-persamana untuk reaksi triiodometana
(iodoform)
Untuk
pembahasan ini, kita berasumsi bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan
iodin dan natrium hidroksida.
Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen
dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup
penting untuk berlangsungnya reaksi - ion-ion ini terlibat dalam mekanisme
reaksi.

Tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada
molekul terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah
asam.

Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan
lengkap diperoleh sebagai berikut:

2.2.3.2 Reaksi Triiodometana (Iodoform) dengan
Aldehid
Hal ini menjelaskan
tentang bagaimana reaksi triiodometana (iodoform) bisa digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan sebuah gugus CH3CO dalam aldehid.
2.2.3.2.1 Melangsungkan reaksi triiodometana
(iodoform)
Ada dua
campuran reagen yang cukup berbeda yang bisa digunakan untuk melakukan reaksi
ini. Walaupun sebenarnya kedua reagen ini sebanding secara kimiawi.
2.2.3.3 Penggunaan larutan iodin hidroksida dan
natrium hidroksida
Ini
merupakan metode yang lebih jelas secara kimiawi. Larutan iodin dimasukkan ke
dalam sedikit aldehid, diikuti dengan larutan natrium hidroksida secukupnya
untuk menghilangkan warna iodin. Jika tidak ada yang terjadi pada suhu biasa,
mungkin diperlukan pemanasan campuran dengan sangat perlahan.
Hasil
positif ditunjukkan oleh adanya endapan kuning pucat-pasi dari triiodometana
(yang dulunya disebut iodoform) - CHI3. Selain dapat dikenali dari warnanya,
triiodometana juga dapat dikenali dari aromanya yang mirip aroma
"obat". Senyawa ini digunakan sebagai sebuah antiseptik pada berbagai
plaster tempel, misalnya untuk luka-luka kecil.
2.2.3.4 Penggunaan larutan kalium iodida dan
natrium klorat (I)
Natrium
klorat(I) juga dikenal sebagai natrium hipoklorit. Kalium iodida ditambahkan ke
dalam sedikit aldehid, diikuti dengan larutan natrium klorat(I). Jika tidak ada
endapan yang terbentuk pada suhubiasa, maka campuran dipanaskan dengan sangat
perlahan. Hasil positif ditunjukkan oleh endapan kuning pucat yang sama seperti
sebelumnya.
2.3 Pembuatan Aldehid
Suatu
alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol
sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier
menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam alkohol mengalami
dehidrasi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi.
Beberapa oksidasi dari alkohol antara lain :
a. Oksidasi menjadi aldehid. Hasil oksidasi
mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap
dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu, reaksi antara alkohol
primer dengan zat oksidator kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan bukan
intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai apabila intermediet
aldehid merupakan hasil yang diinginkan.
b. Oksidasi menjadi keton. Suatu alkohol
sekunder dioksidasi oleh oksidator yang reaktif kuat menjadi keton.
c. Oksidasi menjadi asam karboksilat. Suatu
oksidator kuat yang umum dapat mengoksidasi alkohol primer menjadi asam
karboksilat.
Metode yang paling baik dan telah lama
digunakan untuk mensintesis senyawa aldehid adalah oksidasi alkohol primer dan
oksidasi pemutusan alkena. Berikut dapat dijelaskan reaksi pemuatan aldehid.
1.
Oksidasi alkohol primer. Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi
aldehid. Reaksi ini biasanya menggunakan piridin klorokromat (PPC) dalam pelarut diklorometana pada suhu
kamar.


|
|
|

2. Ozonolisis
alkena. Alkena yang mempunyai paling tidak satu hidrogen vinilik akan mengalami
pemecahan reaksi oksidasi dengan ozon menghasilkan aldehid. Jika reaksi
ozonolisis dilakukan pada alkena siklik, maka akan didapat senyawa karbonil.


3. Oksidasi
metil benzena. Contoh oksidasi metil benzena dapat dijelaskan reaksi berikut.

|




4.
Reduksi asil klorida. Jika asam karboksilat
direaksikan dengan SOCl2 (tionil klorida), dan asil klorida yang
dihasilkan direaksikan dengan litium tri-t-butoksialuminium hidrida pada
suhu -78 OC , akan terbentuk
senyawa aldehida. Reaksinya dapat dilihat dalam gambar berikut:
|



2.4 Reaksi-reaksi yang terjadi
2.4.1 Adisi hidrogen sianida pada aldehid


Reaksi
ini tidak biasanya dilakukan dengan menggunakan hidrogen sianida saja, karena
hidrogen sianida merupakan sebuah gas yang sangat beracun.Olehnya itu, aldehid
dicampur dengan sebuah larutan natrium atau kalium sianida dalam air yang telah
ditambahkan sedikit asam sulfat. pH larutan disesuaikan menjadi sekitar 4
sampai 5 karena pada pH ini reaksi berlangsung paling cepat. Reaksi terjadi
pada suhu kamar. Larutan ini akan mengandung hidrogen sianida (hasil dari
reaksi antara natrium atau kalium sianida dengan asam sulfat), tetapi juga
masih mengandung beberapa ion sianida bebas. Ini penting untuk mekanisme
reaksi.
2.4.1 Kegunaan reaksi
Molekul-molekul
produk yang terbentuk mengandung dua gugus fungsional, yaitu:
1.
Gugus –OH yang
berperilaku sebagai sebuah alkohol sederhana dan bisa digantikan dengan spesies
lain seperti klorin, yang selanjutnya bisa diganti lagi menghasilkan, misalnya
gugus –NH2.
2.
Gugus –CN yang mudah
diubah menjadi sebuah gugus nasam karboksilat
–COOH. Sebagai contoh, hidroksinitril yang dibuat dari sebuah aldehid
bisa digunakan untuk menghasilkan molekul yang relatif rumit dengan mudah,
misalnya molekul asam 2-amino.

2.4.2 Adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid
Natrium
hidrogensulfit biasa juga dikenal sebagai natrium bisulfit, bahkan pada
beberapa buku-teks organik masih digunakan nama natrium bisulfit. Reaksi ini hanya berlangsug dengan baik untuk
aldehid. Aldehid dikocok dengan sebuah larutan jenuh dari natrium
hidrogensulfit dalam air. Jika produk telah terbentuk, produk tersebut akan
terpisah sebagai kristal putih.


Senyawa-senyawa
yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara sistematis, dan biasanyadikenal
sebagai senyawa adisi "hidrogensulfit (atau bisulfit)".
2.4.3 Kegunaan reaksi
Reaksi
adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid biasanya digunakan dalam pemurnian
aldehid. Senyawa adisi yang dihasilkan bisa diurai dengan mudah untuk
menghasilkan kembali aldehid dengan memperlakukannya dengan asam encer atau
basa encer.
Misalnya,
jika kita ingin memurnikan aldehid yang tidak murni, kita bisa mengocoknya
dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit untuk menghasilkan
kristal. Kristal-kristal ini bisa disaring dengan mudah dan dicuci untuk
menghilangkan setiap zat pengotor. Adisi asam encer, misalnya, selanjutnya
dapat menghasilkan kembali aldehid awal.
Tentunya
aldehid ini masih perlu dipisahkan dari asam yang berlebih dan berbagai macam
produk anorganik dari reaksi.
2.4.4 Reaksi Aldehid dengan Pereaksi Grignard
2.4.4.1 Pengertian pereaksi Grignard
Pereaksi
Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana X adalah sebuah halogen, dan R adalah
sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan pada sebuah cincin benzen). Pada
pembahasan ini, kita menganggap R sebagai sebuah gugus alkil. Pereaksi Grignard
sederhana bisa berupa CH3CH2MgBr.
2.4.4.2 Pembuatan pereaksi Grignard
Pereaksi
Grignard dibuat dengan menambahkan halogenalkana ke dalam sedikit magnesium
pada sebuah labu kimia yang mengandung etoksietana (umumnya disebut dietil eter
atau hanya "eter"). Labu kimia dihubungkan dengan sebuah kondensor
refluks, dan campuran dipanaskan di atas penangas air selama 20 hingga 30
menit.
![]() |
Segala sesuatunya akan mengering sempurna
karena pereaksi Grignard bereaksi dengan air.
Setiap
reaksi yang menggunakan pereaksi Grignard dilakukan dengan campuran yang
dihasilkan dari reaksi di atas.Digunakan campuran sebab pereaksi Grignard tidak
bisa dipisahkan.
2.4.4.3 Reaksi-reaksi pereaksi Grignard dengan
aldehid
Reaksi-reaksi
yang terjadi antara pereaksi Grignard dengan aldehid tidak lain adalah reaksi
ikatan rangkap C=O, sehingga aldehid bereaksi dengan mekanisme yang persis sama
yang membedakan hanya gugus-gugus yang terikat pada ikatan rangkap C=O.
Apa yang
terjadi pada reaksi ini jauh lebih mudah dipahami dengan mencermati persamaan
umumnya (menggunakan gugus "R" bukan gugus tertentu) - setelah anda
memahami dengan gugus R barulah bisa diganti dengan gugus yang sesungguhnya
jika diperlukan. Gugus "R" bisa berupa hidrogen atau alkil dalam
kombinasi apapun.
Pada tahap pertama, pereaksi Grignard diadisi
ke ikatan rangkap C=O:
![]() |
Asam encer selanjutnya ditambahkan untuk menghidrolisisnya.
![]() |
Alkohol
terbentuk. Salah satu kegunaan penting dari pereaksi Grignard adalah
kemampuannya untuk membuat alkohol-alkohol kompleks dengan mudah.
Jenis alkohol yang dihasilkan tergantung pada
senyawa karbonil yang digunakan -dengan kata lain, gugus R dan R' yang
dimiliki.
Pada
metanal, kedua gugus R adalah hidrogen. Metanal merupakan aldehid paling
sederhana yang bisa terbentuk.
![]() |
Dengan
mengasumsikan bahwa anda memulai dengan CH3CH2MgBr dan menggunakan persamaan
reaksi umum di atas, maka alkohol yang diperoleh akan selalu dalam bentuk
berikut:
![]() |
![]() |
Karena kedua gugus R adalah atom hidrogen, maka produk akhirnya akan menjadi:
Sebuah
alkohol primer terbentuk. Sebuah alkohol primer hanya memiliki satu gugus alkil
terikat pada atom karbon yang mengikat gugus -OH. Jika kita menggunakan
pereaksi Grignard yang berbeda, maka akan terbentuk alkohol primer yang berbeda
pula.
2.4.4.4 Reaksi antara pereaksi Grignard dengan
aldehid-aldehid lain
Aldehid
setelah metanal adalah etanal. Salah satu dari gugus R nya adalah hidrogen dan
yang lainnya adalah CH3.
![]() |
Untuk
memudahkan, anggap kembali gugus-gugus ini sebagai gugus R dan R' pada
persamaan umum. Alkohol yang terbentuk adalah:
![]() |
Jadi kali
ini produk akhir memiliki satu gugus CH3 dan satu gugus hidrogen terikat
padanya:

Sebuah
alkohol sekunder memliki dua gugus alkil (bisa sama atau berbeda) terikat pada
atom karbon yang mengikat gugus -OH.
Kita bisa merubah sifat dari alkohol sekunder
ini dengan salah satu cara berikut:
1. Mengubah
sifat-sifat pereaksi Grignard - yang mana akan mengubah gugus
CH3CH2
menjadi beberapa gugus alkil yang lain;
2. Mengubah
sifat-sifat aldehid - yang mana akan mengubah gugus CH3 menjadi beberapa gugus
alkil lainnya.
2.4.5 Reduksi menjadi
alkohol
Reduktor: a). H2
Kat: Ni, Pt, Pd (hidrogenasi katalitik)

2.4.6 Addisi sianida
pembentukan sinohidrin

Senyawa ini berguna untuk pembuatan asam
alfa hidroksi.

2.4.7 Addisi NaHSO3
Aldehid dapat mengaddisi NaHSO3 menghasilkan senyawa yang
berbentuk Kristal.

Senyawa senyawa ini akan terurai kembali bila
ditambahkan asam atau basa dan akan berubah menjadi sianohidrin bila
ditambahkan dengan NaCN.
2.4.8 Addisi
derivate-derivat amino
Dipergunakan untuk identifikasi karena
bentuk dan warna yang dimilikinya spesifik.



2.4.9
Addisi alkohol
2.4.10
Pembentukan asetal.
Oleh adanya asam yang anhydrous maka
aldehid dapat mengadisi alcohol dan terbantuk asetal/ ketal.


2.4.10 Aldol kondensasi
Bila aldehid yang mempunyai atom H alfa ditambah basa kuat maka 2 mol
akan bergabung dan membentuk aldol.

Aldol ini sangat mudah mengalami dehidrasi menghasilkan aldehida tidak
jenuh.
Formaldehid meskipun tidak mempunyai atom H alfa dapt mengadakan
kondensasi dengan aldehida yang lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas maka dapat disimplakan bahwa:
1. Pembentukan
pada senyawaan aldehid bisa didapatkan dari Oksidasi alcohol primer, Ozonolisis alkena dan Oksidasi metil benzena.
2. Reaksi yang terjadi pada
aldehid diantaranya Reaksi-reaksi
pereaksi Grignard, Reduksi menjadi
alcohol, Addisi sianida pembentukan sinohidrin, Addisi NaHSO3, Addisi
derivate-derivat amino, Addisi alcohol, Reduksi asil klorida, Kondensasi Aldol dll.
3. Sedangkan untuk mengidentifikasi kandungan gugus fungsi aldehid
dalam suatu senyawaan tertentu, dapat digunakan beberapa metode diantaranya, Uji Fehling, Uji
2,4-dinitrofenilhidrazin, Uji Iodoform, Reaksi Triiodometana (Iodoform) serta Penggunaan larutan kalium iodida dan natrium klorat (I).
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden. 1999.
Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Riswiyanto. 2009.
Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Respati. Ir,. 1986.
Pengantar Kimia Organik, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Aksara Baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar